
Milad Aisyiyah ke-108: Perempuan Menggerakkan Dakwah Pencerahan dan Ketahanan Keluarga
Jakarta, 24 Juni 2025 – Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) DKI Jakarta memperingati Milad Aisyiyah ke-108 dengan menekankan pentingnya peran perempuan dalam membangun ketahanan pangan perkotaan berbasis komunitas melalui pendekatan Qaryah Thayyibah—yakni konsep komunitas baik, mandiri, dan berdaya. Pendekatan ini menjadi relevan di tengah tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim.
Acara yang digelar di Auditorium Ir. Djuanda, Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta ini dihadiri oleh para pimpinan organisasi perempuan, tokoh masyarakat, serta ratusan kader Aisyiyah dari seluruh wilayah DKI Jakarta.
Dalam sambutannya, Ketua PWA DKI Jakarta Dra. Hj. Ello Albugis, M.Ag menyampaikan bahwa tema Milad ke-108, “Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Qaryah Thayyibah Menuju Ketahanan Pangan di DKI Jakarta”, merupakan seruan moral bagi perempuan untuk mengambil peran strategis dalam transformasi sistem pangan lokal.
“Ketahanan pangan bukan sekadar urusan ketersediaan bahan pokok. Ia menyangkut ketahanan keluarga, keadilan sosial, serta daya tahan moral bangsa. Aisyiyah ingin membangun Jakarta dari dapur-dapur rumah tangga: sehat, hemat, dan bermartabat,” ujar Hj. Ello.
PWA DKI Jakarta telah menjalankan sejumlah program penguatan ketahanan pangan berbasis nilai Islam dan komunitas urban, antara lain:
- Pelatihan urban farming dan vertikultur di lingkungan padat penduduk.
- Penguatan ekonomi melalui koperasi perempuan.
- Gerakan Keluarga Mandiri Pangan berbasis majelis dan cabang.
- Edukasi gizi halal, sehat, dan hemat di Pos Gizi Aisyiyah.
- Pengembangan UMKM olahan pangan lokal berbasis kader perempuan.
Melalui pendidikan dan pelatihan, Aisyiyah menghadirkan alternatif terhadap dominasi produk pangan instan dan budaya konsumtif. Pendekatan Qaryah Thayyibah Urban yang dikembangkan Aisyiyah DKI Jakarta menjadi model dakwah bil hal yang relevan dengan konteks kota besar seperti Jakarta.
Data dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Aisyiyah menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 titik binaan telah dibentuk dalam skema desa tangguh bencana dan desa tangguh pangan. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa lebih dari 50% pelaku usaha mikro pertanian di DKI Jakarta adalah perempuan.
Sayangnya, kontribusi mereka masih kerap luput dari pengakuan formal dan pencatatan institusional, khususnya dalam produksi pangan dan teknologi pertanian modern seperti hidroponik dan vertikultur.
Aisyiyah, yang telah lebih dari satu abad bergerak dalam dakwah sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi perempuan, tampil sebagai aktor kunci dalam mendorong penguatan kapasitas serta pengakuan atas peran perempuan dalam sektor pangan.
Melalui pendekatan berbasis komunitas, pelatihan, serta kolaborasi lintas sektor, Aisyiyah aktif membina perempuan dalam berbagai praktik urban farming, baik di lingkungan keluarga, komunitas, maupun institusi pendidikan.
Milad ke-108 ini menjadi ajang refleksi dan proyeksi gerakan dakwah perempuan dalam menghadapi tantangan urbanisasi, krisis pangan, dan digitalisasi. PWA DKI Jakarta pun memperkuat strategi dakwah kreatif melalui media sosial dan pelibatan generasi muda Aisyiyah.
“Perempuan bukan hanya tulang rusuk, tapi tiang rumah tangga, fondasi komunitas, dan penopang bangsa. Dari perempuan yang cerdas, lahir keluarga tangguh dan masyarakat berkemajuan,” tegas Hj. Ello.
Mari terus menyalakan pelita dakwah kemanusiaan, menumbuhkan lingkungan perkotaan Qaryah Thayyibah, dan memperkuat ketahanan bangsa melalui tangan-tangan perempuan tangguh. Sebab masa depan Indonesia dimulai dari desa dan dari perempuan.
Didirikan pada tahun 1917, Aisyiyah adalah organisasi perempuan tertua di Indonesia yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Aisyiyah aktif dalam bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, sosial, dan pemberdayaan perempuan. Di Provinsi DKI Jakarta, Aisyiyah juga terlibat aktif dalam gerakan komunitas, advokasi keluarga, serta penguatan ekonomi perempuan.
(Romadhoni)
Posting Komentar
0Komentar